Senin, 31 Maret 2014

Papaku (mantan) orang Terkaya

Kali ini aku ingin bercerita tentang Alm Papaku.

Beliau semasa hidup adalah seorang pengusaha pasir ternama di kota Semarang dan sekitarnya. PT. Kelapa Mas sangat dikenal pada tahun 1980-1999. Papa memiliki 30 armada truk, 2 lokasi pasir di lereng gunung merapi, puluhan karyawan, dan 5 mobil pribadi.
Saat itu aku tidak merasa menjadi anak dari orang kaya. Hidupku memang berkecukupan namun tidak "lebay".
Karena hidupku berbagi dengan saudara-saudara Mama dan Papa.
Papa dan Mama adalah dua orang yang luar biasa baiknya. Semua kehidupan adik Mama ditanggung. Karyawan perusahaan Papa sebagian besar adalah saudara Papa dan tetangga Papa sewaktu masih hidup di jatinom klaten dulu.
Sampai Papa dan Mama meninggal hidupku masih berbagi dengan saudar-saudaraku itu.
Hingga puncaknya 7 Juli 2013 orang-orang itu enyah dari rumah kami dan menyebarkan fitnah keji luar biasa ke semua orang.

Tentang kekejian mereka tidak akan aku bahas disini. Karena aku sudah memaafkan semuanya dan ingin membuka lembaran baru tanpa mereka.

Ceritanya pada 22 Februari 2014 lalu aku iseng mampir di tanah kelahiran Papa di Jatinom Klaten. Tanah kebanggaan untuk Papaku. Karena sudah lama sekali aku tidak pulang kampung, aku sampai lupa dimana desa Papa. Dan saat bertanya kepada orang-orang disana, mereka masih mengenal Papaku.
Alm Bp. Suharto, pemilik PT Kelapa Mas yang selalu "nanggap" wayang jika nyadran tiba.

Rumah Papa memang kecil, tetapi berdiri diatas tanah seluas hampir 1 Hektar.

Pada 29 Maret 2014 aku kembali pulang ke Jatinom untuk mengurus rumah Papa. Ada orang yang mau menyewa dan merawatnya.

Kebetulan yang mau menyewa punya usaha Bimbingan Belajar. Sehingga rumah ini akan menjadi tempat yang bermanfaat bagi desa ini. Karena Papa sangat menyukai kegiatan yang bersifat memajukan generasi muda.
Selama disana aku dimanjakan dengan jajanan khas jatinom, ada tape yaqowiyu, teh manis dengan gelas coklat. Ayam goreng khas Pasar Gabus. Semuanya membuatku terbang ke masa lalu. Saat kedua orang tuaku masih hidup. Kami selalu menyantap makanan ini.



 Ini adalah taman yang dulunya sangat indah, lengkap dengan gemericik air namun kini tak terawat dan ikannya entah pergi kemana.
 Aku menyempatkan diri berpose dengan "abdi dalem" Papa yang selalu setia sampai masa tuanya. Mengabdi tanpa pamrih, dari Papa masih sukses, Papa jatuh, dan Papa meninggal. Namanya Yu Warsiti. Dia istri seorang petani dan tidak memiliki seorang anak.

 Ini ruang tamu rumah Papa, terpasang foto keluarga kami. Satu-satunya foto keluarga yang kami punya dengan format keluarga inti. Karena selama ini jika foto keluarga, lagi-lagi ada "saudaraku".

Rasanya sangat rindu. Bukan rindu dengan kekayaan yang pernah kami punya dan kini hanya tinggal kenangan, tetapi aku sangat rindu waktu kebersamaan bersama orang tuaku. Seandainya bisa memutar waktu dan orang tuaku dapat hidup kembali. Aku ingin hidup bersama keluarga inti saja tanpa ada parasit di keluargaku. Pasti hidup kami lebih bahagia.

Tidak seperti kata orang di desa Papa bahwa " Pak Harto dulu orang terkaya di desa ini, orangnya meninggal, kekayaannya pun habis "

Papa, Mama semoga ini menjadi pelajaran yang sangat berarti buatku. Aku tidak ingin seperti Mama dan Papa yang sangat baik terhadap keluarga, akan tetapi setelah sudah tidak ada daya dan bahkan sudah meninggal, lalu ditinggalkan oleh mereka.